Sosok manusia maupun tokoh
sejarah agaknya sering kita sebut sebagai pahlawan. Pahlawan yang kita kenal di
Sekolah Dasar sebagai orang yang besar, mengalahkan penjajah, memproklamasikan
Negara, dan bergambar di buku Atlas kita. Pahlawan yang kita kenal adalah
pahlawan yang di-analogikan sebagai manusia suci penuh perjuangan. Pahlawan
yang kita kenal ada-lah pahlawan yang diajarkan kita dari pen-didikan dasar
hingga menengah. Padahal sejarah tidak dapat diajarkan secara
seten-gah-setangah. Masalah yang timbul sekarang, apa perkataan Bung Karno ‘bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’ sudah kita
amini? Sudahkah bangsa ini mengha-yati peranan pahlawan? Lantas siapa pahlawan
yang Anda kenal?
Kembali membuka lembar sejarah yang ada, satu atau beberapa tokoh dapat me-wakili setiap peristiwa di tiap masa dan zamannya. Malah ada tokoh yang bertahan di beberapa zaman. Seperti Sukarno, Hatta, Sjahrir, Diponegoro, Pattimura, Imam Bon-jol, dsb. Namun tahukah Anda bahwa di negeri ini menyimpan orang-orang besar yang dapat kita jadikan perhatian.
Gelar pahlawan disematkan pada
satu hal, yakni pahlawan nasional. Secara kom-prehensif, Kementerian Sosial
sebagai yang punya hajat mengeluarkan regulasi yang jelas namun rumit untuk
menyeleksi para tokoh calon pahlawan. Kemudian timbul kontroversi pada tokoh
yang diajukan terkait politik dalam negeri. Ini menjadi tidak etis manakala
pahlawan adalah ba-rang ajuan. Padahal seharusnya, pahlawan tidak hanya sebagai
koleksi kerja kementeri-an sosial saja. Namun pihak-pihak terkait harus dapat
belajar apa yang telah dil-akukan calon pahlawan pada masa dulu. Tanggung jawab
moral adalah jawabannya. Tiap tokoh sejarah di zaman sekarang, mes-kipun sudah
meninggal, nama, peningga-lan, dan beban moral masih tertambat pada dirinya.
Pahlawan dapat dibedakan menjadi dua,
yakni pahlawan nasional dan pahla-wan daerah. Maksudnya, tokoh yang ber-tindak
di seputar lingkup nasional dapat dikatakan pahlawan nasional, sedangkan tokoh
yang bergerak pada tingkat bawah disebut pahlawan daerah. Namun pem-bedanya
hanya dengan cara apa ia kontri-busi untuk Negara, bisa di bidang militer, politik,
ekonomi, ataupun sosial. Banyak pahlawan yang dilukiskan dalam buku-buku
sejarah. Namun banyak pula yang tidak. Majalah ini mencoba menggali sosok dan
peran tokoh sejarah yang mewakili masanya di pelbagai bidangnya. Tokoh ini belum
sampai diajukan sebagai pahlawan, baik sifatnya nasional maupun daerah.
Ket-erwakilan itu kami sadur dari beberapa tokoh; yakni Mohamad Bondan, Latif
Hen-draningrat, Kasman Singodimejo, dan Nitisemito.
Gerak juang pahlawan yang disebut
menjadikan namanya besar sebesar jasanya. Itu amengetahui nama dan perannya
saja. Majalah ini kemudian akan menggali pemikiran, tindakan serta sumbangan
untuk Negara agar dapat dipahami dan dihayati secara menyeluruh oleh penerus
bangsa.
Mohammad Bondan adalah eks-digulis, ia berjuang bagaimana menjadi penghubung Negara yang baru terbentuk di bidang politik luar negeri. Teknik melobi di dapat-nya dari tiap organisasi dan pengalaman hidup tinggal di luar negeri. Perannya sungguh memukau manakala di daulat menjadi konsulat di Australia. Namun alih-alih hidupnya begitu sederhana di masa jabatan tersebut. Di zaman pergerakan Nitisemito berusaha keras untuk me-makmurkan pabrik rokok ciptaannya. Sam-pai ia menjadi pengusaha terkaya pada masanya. Seiring waktu perusahaannya digerogoti oleh pendudukan Jepang. Na-mun semangat usaha yang tak mengeyam pendidikan ini sungguh sangat diapresiasi. Dalam Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, nama Latif Hendraningrat di-jadikan sebagai pengibar bendera Merah Putih. Namun perannya lambat laun hilang dalam perkembangan sejarah. Perannya direduksi hanya sebatas orang yang mengi-bar bendera saja. Dan terakhir pada peru-musan Negara, Kasman Singodimejo ada-lah seorang moderat yang ulung dalam jajak pendapat. Perannya dalam perumusan dasar Negara seharusnya juga dapat diberi apresiasi tinggi.
Dalam kesempatan ini, saya ingin
berbagi majalh sejarah sebagai bagian dari tugas kuliah Jurnalistik saya dan
teman-teman kuliah di jurusan sejarah Universitas Negeri Sejarah. Majalah ini
akan menyuguhkan peran, sosok, dan pelajar hidup yang bisa diambil pembaca
untuk dapat lebih tahu dan paham bahwa masih banyak sosok pejuang yang hidup di
dalam bayang-bayang memori kolektif kita.
Untuk lebih lanjut silahkan bisa
baca di link berikut ini. Majalah Riwajatmoe
ditulis oleh : Ulil Fachrudin, Syamsul Arifin, dkk
No comments:
Post a Comment